Judul Asli : PLANETES – MEMBURU TONGKAT SILX LUMINAR
by Ziggy
Zezsyazeoviennazabrizkie
Penerbit Laksana [ imprit Penerbit Diva Press
]
Editor : Aya Sophia
Cetakan I : Juli 2013 ; 200 hlm ; ISBN 978-602-7933-42-2
Rate : 2 of 5
Pertama-tama, jenis novel seperti ini
sebenarnya tidak bakalan kupilih sebagai bacaan, karena sudah terbayang tema
serta alur kisah yang mudah ditebak, serta aneka jenis ketidak-puasan yang
bakal muncul setelah selesai membacanya. Namun karena ‘panggilan-tugas’ (biar
sedikit keren julukannya <(^_^)/ ...) untuk menjadi salah satu penilai lomba
resensi buku ini, tentu perlu dong membaca juga agar punya gambaran lebih jelas
apa isi (dan inti kisahnya).
Kesan pertama yang muncul, nama-nama
karakter, tempat dan julukan yang cukup sulit di-ingat (dan dilafal secara
langsung). Sebenarnya sebuah kisah
fantasi tidak harus menggunakan nama-nama ala kisah Lord of The Ring, apalagi
jika periode waktunya jelas-jelas tidak pada era Middle-Earth. But, let’s move
on to the main-subject : the story – dan bagaimana hasil akhir kisah ini ...
Tokoh dalam kisah ini bernama Agni Sagbaer –
bocah laki-laki yang semenjak usia 6 tahun tinggal bersama keluarga pamannya
semenjak kematian kedua orang tuanya, di suatu tempat bernama Salvsigr – negeri
di wilayah Tenggara dunia Terra. Ada 3 dunia dalam kisah ini, Caelum – tempat
kaum nirwana, Atyra – tempat makhluk kegelapan dan Terra – dunia kaum fana. Dan
Agni yang telah berusia 13 tahun, mengalami peristiwa aneh ketika sedang
berburu di hutan, sebagai balas jasa bagi keluarga Paman Alder, Bibi Holly
serta kedua putra-putrinya, Alviss dan Kassia, yang menyayangi dirinya sebagai
bagian keluargamereka.
Alih-alih mendapatkan hasil, ia justru
melihat sesuatu jatuh dari langit dan menimpa dirinya, ketika berusaha
menyelamatkan makhluk tersebut. Makhluk yang tampak seperti manusia itu
ternyata seorang gadis cilik. Ia bernama Asmaer, dan dari penampilannya, bisa
diduga ia bukanlah berasal dari wilayah di sekitar Salvsigr. Meski demikian,
keluarga Sagbaer menerima kehadiran gadis asing ini dengan tangan terbuka.
Hingga Maer – nama panggilan gadis ini, meminta Agni membantu dirinya mencari
‘lampion-nya’ yang hilang saat ia terjatuh. Keanehan Maer membuat Agni teringat
sosok asing lainnya, yang tinggal di dekat kediamannya.
Ketika Agni membawa Maer bertemu dengan
Eoraed – pemuda penyendiri yang memiliki pengetahuan dan kemampuan sihir. Dari
Eoraed pula terbongkar dari mana Maer berasal : Caelum – dan ia kehilangan tongkatnya
yang disebut Silex Luminar. Maer memiliki tugas penting yaitu melipat dunia
Terra, agar tidak disusupi dan diserang makhluk penghuni Atyra. Dunia Terra
bukanlah berupa bola dunia yang bulat, melainkan datar dan luas, dengan
tepi-tepi yang tak terlihat, menjebak penghuni Terra yang tak waspada untuk
terjatuh dalam Atyra. Karena itu penting sekali tugas untuk melipat Terra, dan
celakanya satu-satunya alat yang bisa digunakan untuk tugas itu, hilang ....
Petualangan berlanjut ketika Eoraed, Maer
disertai Agni, bertekad menjelajah Terra, untuk menemukan Silex Luminar. Ketika
rencana itu diketahui oleh Alviss, ia memaksa untuk ikut demi menjaga
keselamatan Agni. Kepergian rombongan yang serba rahasia dan tak diketahui siapa pun (kecuali Kassia),
akan berhadapan dengan aneka halangan dan rintangan, serta bahaya besar yang
mengancam nyawa masing-masing. Mulai dari pertemuan dengan kaum siren yang
menyebabkan perubahan wujud pada diri Maer, menjadi sosok bocah laki-laki
bernama Lapendrengr, pertemuan dengan Rosabel Dremmel – penyihir dari Anleifr,
sekaligus kakak kandung Eoraed, hingga menuju wilayah Utara, dimana kaum peri
berada. Mampukah rombongan ini menemukan Silex Luminar dan mengambilnya kembali
dengan selamat ?
Secara keseluruhan, ide kisah ini menarik dan
mengundang rasa ingin tahu lebih lanjut. Namun seiring dengan perjalanan para
tokoh dalam kisah ini, berbagai kejanggalan muncul yang sedikit banyak
mengurangi kenikmatan-ku dalam menuntaskan kisah ini. Dimulai saat Alviss
(tidak sengaja) membunuh Shari – siren yang telah membantu mereka, tidak ada
kejelasan akan peristiwa itu (meski kubaca ulang halaman demi halaman pada
adegan pertempuran kisah tersebut). Kemudian munculnya sosok Lapendrengr dan
Rosabel, dimana kisah tidak lagi bercerita dari sudut padang Agni, melainkan
dua karakter ini (pergantian alur yang tidak jelas, sedikit membingungkan),
yang berhasil ditutup dengan adegan seru, berbagai pertempuran yang menarik.
Dari pertempuran seru, adegan bergulir kepada
kisah romansa yang seharusnya bisa lebih menarik, sayangnya sekali lagi terjadi
cukup pendek bagai cuplikan adegan di tengah-tengah peristiwa lain. Kemudian
kisah berbalik pada alur yang berbeda dan menyoroti karakter lainnya. Semuanya
ini tidak menjadi masalah besar, seandainya dikemas dalam kisah yang terdiri
dari awalan-tengah-akhir seperti pembahasan setiap bab untuk kisah, alur dan
karakter yang berbeda. Karena tiada batasan jelas serta perpindahan yang
meluncur bagaikan kereta kencang dengan rem ‘blong’ – alhasil membuatku takjub,
tercengang dan kebingungan disana-sini. Dan yang paling membuatku
terheran-heran (kembali) saat akhir kisahnya berputar 180 derajat dengan
‘adegan’ yang tidak masuk akal ...
Ini bukan pertama kalinya diriku membaca
karya sang penulis, dimana kesempatan pertama membaca Irine Shilling, kesan
serupa muncul terutama saat menemui ending yang tidak memuaskan. Dari sekian
banyak ide serta karakter-karakter yang menarik untuk ditampilkan secara lebih
maksimal, kisah ini bagaikan sebuah masakan dengan terlalu banyak ‘bumbu’ (atau
lebih tepatnya, ditangani oleh koki yang berbeda-beda) hingga tiada jalinan
yang menghubungkan antara satu adegan dengan adegan lainnya. Seandainya saja,
kisah ini dibuat lebih panjang, dengan meluangkan waktu mengembangkan
masing-masing karakter, bukan tidak mungkin akan menjadi sebuah sajian kisah
fantasi yang tak kalah dengan karya penulis luar. Sungguh sayang ... diputus
dengan paksa dan ending yang - well it’s really absurb and a little-bit
nonsense for me.
Note : judul kisah ini juga berkesan
dipaksakan dengan adanya penjelasan yang berusaha dirangkum dalam sekelumit
kalimat menjelang akhir kisahnya, dan sama sekali tak berhubungan dengan ide
seputar planet ... kenapa tidak menggunakan judul ‘Perburuan Silex Luminar’
yang lebih masuk akal ? Well, seharusnya pihak penerbit juga memperhatikan hal
seperti ini (^_^)
Tentang Penulis :
Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie, adalah salah
satu dari beberapa nama pena yang digunakan oleh penulis muda yang menyukai
genre romance, fantasy serta detektif ini. Nama pena lainnya yang sering ia
gunakan adalah Ginger Elyse Shelley. Karya-karyanya yang telah diterbitkan
diantaranya : Irine Shilling (Diva Press, 2012) ; Au dessus de la tour Eiffel
(Diva Press, 2012) ; My Name Is Lucca (Laksana, 2013) dan Comedy Apparittion
(Diva Press, 2012).
Untuk mengenal lebih lanjut tentang
penulis serta karya-karyanya, ia dapat
dihubungi melalui email : kiwi.kuma@yahoo.com atau
langsung berkunjung ke situs penerbit di : www.divapress-online.com | akun
Facebook Penerbit Diva Press.
Best Regards,
Hobby Buku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar