Books
"SI PENCURI ANAK"
Judul
Asli : THE CHILD THIEF
Copyright
© 2009 by Brom
Cover
& inside illustration by Brom
Penerbit
Gramedia Pustaka Utama
Alih
Bahasa : Tanti Lesmana
Cetakan
I : Oktober 2012 | 936 hlm
Rate
: 4 of 5
New York City – kota gemerlap yang tak pernah
tidur, padat dan sarat dengan aneka kesibukan serta penghuni dari berbagai
kalangan. Tampak di bagian puncak suatu kehidupan yang penuh kemewahan serta
aneka hiburan, namun di sisi lain, di bagian bawah yang tersembunyi, kehidupan
kumuh serta sarat akan kejahatan turut beraksi mewarnai dunia glamour yang
tampak dari penampilan luar. Keadilan dan kebenaran merupakan hal yang langka,
karena hanya segelintir orang yang cukup peduli untuk bersedia melakukannya.
Dan sosok-sosok yang paling sering terlupakan adalah anak-anak, yang tak
memiliki perlindungan secara hukum dari kejahatan yang merajalela. Mulai dari
penganiayaan, pelecahan seksual, perdagangan obat terlarang, hingga eksploitasi
pada’human-trafficking’ ...tiada satu pun yang dapat melindungi dan menolong
mereka, hingga suatu saat muncul ‘malaikat-keadilan’ yang memberikan penawaran
yang tak dapat ditolak.
Sosok
bocah aneh bernama Peter, dengan tubuh berbalut semacam pakaian dari kulit
berwarna gelap, memiliki telinga runcing serta aksi bela diri yang luar biasa,
muncul di saat-saat yang tepat, dimana bocah-bocah yang terdesak, terancam, dan
selalu ketakutan dalam hidupnya. Peter menawarkan perlindungan sekaligus
penawaran akan suatu tempat yang jauh lebih menyenangkan dan jauh dari oarng-orang
yang menjadi sumber katakutan serta kengerian sepanjang hidup para bocah ini.
Mereka harus dengan sukarela mengikuti Peter, dan melihat bayangan masa depan
yang suram sekaligus mengerikan, sebagian besar langsung mengiyakan untuk ikut
serta – yang mereka tidak ketahui, tempat dimana Peter akan membawa mereka
berada di dunia yang sama sekali berbeda, dan tidak ada jalan kembali untuk ke
dunia asal masing-masing.
Nick
adalah salah satu dari sekian banyak bocah yang ‘dibawa’ oleh Peter melangkah
ke suatu tempat yang aneh sekaligus menakutkan. Pada awalnya tempat baru dimana
ia bertemu dengan segerombolan bocah yang liar namun anehnya juga menuntut
perlakuan disiplin serta latihan bela diri yang intensif, cukup membuat Nick
mampu sedikit melupakan masa lalunya. Namun seiring dengan waktu serta
kebersamaannya dengan anak-anak Iblis – julukan gerombola anak buah Peter, Nick
merasakan sesuatu yang berbeda terjadi pada di dalam dirinya. Pergolakan antara
kegelapan dan kebajikan di dalam benaknya, terutama saat Nick terlibat lebih
jauh dalam konflik antara manusia yang dijuluki Kaum Pemakan Daging serta
Penghuni Avalon, yaitu elf, troll, goblin, peri hutan, penyihir serta hewan
jejadian. Semakin lama Nick mampu melihat ‘sisi’ lain dari konflik
berkepanjangan yang tak pernah terlihat atau tidak mau dilihat oleh Peter
maupun para pemimpin di dunia Avalon. Nick pergi meninggalkan dunianya karena
tak mau terlibat dalam tindak kejahatan serta perlakuan keji, namun pada
akhirnya ia justru melarikan dir ke suatu tempat yang penuh gejolak akan
amarah, dengki, serta dendam kesumat yang mampu meluluh-lantakkan segenap
kehidupan yang ada. Bagaimana Ia akan mampu mengatasinya terutama jika ia harus
berhadapan dengan Peter ?
Sebuah
kisah yang cukup unik, hasil interpretasi dari kisah klasik Peter Pan karya
J.M. Barrie yang dikombinasi dengan imajinasi serta wawasan luas dari sang
penulis tentang legenda serta mitologi. Bagi Anda terutama generasi muda yang
belum mengenal karya asli Peter Pan, jangan membayangkan bocah yang bisa terbang
dengan kawanan Lost Boys dan peri Tinker Bell melawan Kapten Hook, karena itu
merupakan hasil interpretasi dari Walt Disney. Karya asli J.M. Barrie merujuk
pada sisi kelam sosok Peter Pan yang ‘menculik’ anak-anak sebagai teman
permainan, tak memiliki perasaan atau nurani terhadap kebenaran maupun rasa
kemanusiaan. Dan Brom mengungkap sisi kelam tersebut namun juga memberikan
sentuhan tersendiri yang cukup memukau, dimulai dengan kisah latar belakang
kelahiran Peter yang ditolak oleh ibu kandungnya, tak diketahui siapa ayahnya,
dimusuhi dan diburu oleh kawanan manusia, terlunta-lunta di hutan yang liar dan
bertahan hidup serta beradaptasi dengan dunia yang keras, liar dan ganas
semenjak usia sangat dini. Hingga ia menemukan bentuk kehidupan lain yang
berlawanan dengan perjalanan kisahnya, terjerat dalam sihir hingga bersedia
berkorban ‘jiwa’ demi apa yang menjadi pegangan hidupnya.
Brom
mampu membuat gambaran unik melalui karakter setiap tokoh kisah ini, perjalanan
hidup masing-masing, baik pihak antagonis maupun protagonis mendapatkan
perlakuan sama, hingga pada akhirnya tiada perbedaan nyata di antara mereka.
Yang menentukan hanya siapakah yang bertahan
hingga akhir kisah, dan siapakah yang akhirnya menyadari kebenaran yang
ada di dalam lubuk hati masing-masing. Sosok terpandang seperti para pemimpin
suku hingga pendeta tinggi Kristiani yang mengalami kejatuhan moral hingga
kegilaan memangsa mereka, ataukah sosok berandalan tak beragama dan kaum
terkutuk pemeluk pagan yang masih bisa mengampuni kejahatan orang lain dan
melihat kebaikan dari rangkaian kejadian yang mengerikan... Disertai dengan
aneka ilustrasi yang menawan karya sang penulis, pembaca akan dibawa ke dalam
dunia fantasi, yang anehnya tidak terlalu jauh dengan dunia manusia, dunia yang
kita jalani saat ini. Penggemar fiksi kategori high-fantasy dan dark-fantasy
tak boleh melewatkan kisah ini begitu saja, kisah yang bakal membuat kita
penasaran semenjak awal hingga akhir. Dengan ending yang cukup mengejutkan,
kisah ini memberikan kesan tak terlupakan serta pesan moral yang cukup dalam.
“Dongeng-dongeng zaman dahulu merupakan kisah-kisah suri-tauladan yang sarat dengan akhir cerita menakutkan, yang bertujuan untuk memberikan pelajaran-pelajaran keras bagi kaum muda maupun yang sudah tua. Saya sendiri meyakini bahwa semua dongeng dan legenda itu dipicu oleh sebuah peristiwa nyata, orang yang benar-benar ada, atau... sesuatu.” –Brom, 20 Februari 2009
Tentang
Penulis :
Gerald
Brom, lahir pada tanggal 9 Maret 1965 di Albany, Georgia, Amerika. Masa
kecilnya dihabiskan di berbagai tempat karena pekerjaan ayahnya sebagai pilot
U.S. Army yang sering kali harus pindah-tugas ke berbagai wilayah serta negara
yang berbeda, mulai dari Hawai, hingga Jerman dan Jepang. Dibesarkan dalam
lingkungan militer, ia terbiasa dikenal dan dipanggil dengan nama belakangnya :
Brom, dan hal itu menjadi kebiasaan hingg dewasa ia hanya menandatangani
identitasnya dengan Brom ( “I get that asked
more than just about any other question. It's my real name, my last name. I got
called Brom all the time as a kid, and it just stuck." ).
Hal
lain yang mencari ciri khasnya adalah kegiatan menggambar dan melukis yang
menjadi kegemarannya semenjak kanak-kanak. Ia tak pernah mendapat pendidikan
formal secara khusus dalam bidang seni, namun bakat serta latihan rutin yang
dilakukannya menghasilkan karya-karya menakjubkan yang digunakan sebagai
ilustrasi komik, graphic novel, hingga permainan games. Bahkan sebelum ia
memutuskan menulis kisahnya sendiri, karya ilustrasinya banyak mewarnai novel
fantasi karya penulis ternama seperti Terry Brooks, Anne McCaffery dan Michael
Moorcorck. Kini ia dikenal sebagai
seniman yang memiliki kekhususan dalam seni ‘gothic-fantasy’ dan juga aktif
dalam kegiatan ‘role-playing-games’ serta penulisan novel dan komik.
[
more about the authors and related works, check on here : Gerald Brom | Brom's Art-Works | The Child Thief | on Wikipedia ]
~ this post review is Reblogged from 'My Fantasy Dreamland' ~
Best
Regards,
* Hobby
Buku *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar